Selasa, 19 Juli 2011

6 Rahasia Sukses Seorang Pemimpin Besar Genghis Khan

Sangat menarik untuk menelusuri kisah kehidupan sang Kaisar dari beberapa referensi. Kita dapat mengetahui bagaimana seorang buangan yang buta huruf mampu mempersatukan seluruh bangsa Mongolia, memiliki kekuasaan kekaisaran yang terbentang meliputi hampir separuh daratan bumi dari Asia hingga Eropa Timur. Ada banyak pelajaran kebaikan yang dapat kita temukan dari setiap ciptaanNya.

Mari sejenak kita membuka wawasan kita untuk memahami pelajaran apa saja yang dapat kita temukan dari salah satu ciptaan Tuhan yang bernama Genghis Khan ini :

1. Bakti kepada kedua orang tua

Perubahan mendasar dalam diri Genghis Khan yang bernama asli Temujin terjadi ketika ayahnya meninggal. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar dalam perjalanan pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat untuk memilh calon istrinya. Kehidupan bangsa Mongolia saat itu amat keras, perkelahian antar suku dan klan untuk menjadi kelompok yang paling disegani dan berkuasa merupakan hal yang biasa. Bakti Temujin ditunjukkan dengan keberhasilannya dalam melaksanakan perintah ayahnya untuk menyisihkan lawan-lawan yang telah menghancurkan klan mereka. Genghis Khan juga selalu mengkhawatirkan keselamatan Ibunya dan tidak melupakannya setelah harus terpisah sekian tahun lamanya sejak Ia ditawan musuh. Melalui pengembaraan yang panjang akhirnya Temujin dapat menemukan kembali Ibunya.

2.Tidak tamak akan harta

Kemenangan yang diperoleh Jamukha dan Temujin memberikan mereka harta rampasan perang. Berbeda dengan Jamukha yang tamak akan harta, Temujin membagikan 9/10 bagian harta rampasan perang kepada prajurit-prajurit yang berada di bawah kendalinya, sementara itu ia hanya menikmati 1/10 bagian sisanya. Sikap inilah yang kemudian membuat prajuritnya setia dan bahkan membuat dua orang prajurit andalan Jamukha membelot dan mengabdi kepada Temujin. Kejadian inilah yang kemudian menjadi awal perpecahan dari kedua saudara angkat itu.

3.Kemampuan dalam mengelola emosi
Orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi adalah orang yang mampu mengelola dan menanfaatkan emosinya pada saat yang tepat. Bentuk emosi dapat berupa kesedihan, kemarahan, cinta, takut ,dsb. Jika kita melihat kedua film tentang Genghis Khan dan buku tersebut, kita akan menemukan sosok Temujin adalah seseorang yang mampu mengelola emosinya dengan baik. Setiap penumpasan yang kejam dan tanpa ampun selalu ia lakukan dengan penuh kesadaran atas manfaat dan akibatnya, bukan dengan keadaan membabi buta. Tempaan alam, hinaan dan penderitaan yang bertubi-tubi yang dimilikinya membuatnya tahu bagaimana mengelola dendam yang dimilikinya menjadi sumbu motivasi yang amat dahsyat. Ia tahu kapan harus membalas dendam dan kapan harus memaafkan seseorang meskipun orang tersebut telah menyiksanya. Penyerangan yang dilakukannya terhadap kesultanan Khawarizm yang menghabiskan darah sejuta manusia di kawasan Persia juga bukan dengan alasan yang membabi buta dan haus kekuasaan. Keinginan Genghis untuk membuka jalur perdagangan dengan Kesultanan Khawarizm ternyata dibalas dengan pengiriman penggalan kepala utusan Sang Kaisar. Meskipun ganas di medan pertempuran Sang Kaisar juga seorang pemaaf, Tindakan untuk memaafkan Jamukha merupakan sikap yang amat brilliant dan sulit untuk ditiru. Jamukha awalnya memang banyak memberikan pertolongan kepada Genghis namun dalam perjalanannya Jamukha sendirilah yang menghancurkan kehidupan Genghis dengan menyiksanya dan menjualnya sebagai budak akibat perebutan kekuasaan yang tak sehat. Genghis Khan pun tidak mau menuruti permintaan Jamukha untuk menghukum dirinya.

4.Memegang teguh kepercayaan dan komitmen

Dalam satu pertempuran dengan suku Mongolia, Genghis Khan hampir terbunuh oleh salah seorang jenderal dari suku tersebut, namun berhasil menyelamatkan diri dan diakhir peperangan kemenangan berada di pihak Genghis Khan. Salah satu tawanan perang tersebut adalah jenderal yang hampir membunuhnya, hanya dengan bermodal kepercayaan dan sumpah setia dari jenderal tersebut Genghis mengangkatnya menjadi salah satu jenderal kepercayaanya. Sikap ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa Genghis Khan tahu benar bagaimana mengelola amarah, ia tahu benar kapan suatu dendam itu dapat bermanfaat dan kapan tidak.

5.Pemimpin yang visioner

Nenek moyang Bangsa Mongolia terkenal sebagai bangsa nomadic yang senang mengembara dan hidup berpindah-pindah, mereka tidak memiliki rumah yang tetap. Mereka hidup bermukim di tenda-tenda. Meskipun Temujin dibesarkan dalam kebudayaan nomadic,Pada masa kepemimpinanya. Ia membangun ibu kota kerajaan permanen, Karakorum menjadi tempat pilihannya dan ia ingin menjadikannya sebagai pusat dagang dan budaya yang besar. Genghis Khan ingin bangsanya sejahtera dari penaklukan yang dilakukannya. Ia menginginkan rakyatnya memakan daging yang empuk, hidup dalam tenda yang indah dan mengembalakan ternak-ternak mereka di tanah yang subur. Apa yang ia lakukan untuk mencapai kesejahteraan masyakarakat seperti itu? Ia mengimpor pengetahuan dan teknologi militer dari China, mendirikan korps pelatihan medis dengan tabib-tabib China, memerintahkan pengikutnya untuk melakukan kodifikasi atas catatan dan peraturan darinya sebagai cikal bakal hukum dan perundang-undangan di masa kekaisarannya, tidak seorangpun diperbolehkan memiliki budak dari bangsa Mongol, dan tiap suku diberikan kebebasan untuk menentukan tanahnya sendiri. Meskipun Genghis Khan seorang yang buta huruf tetapi ia paham betul dengan kekuatan tulisan dan ia tidak menginginkan rakyatnya seperti itu dan memerintahkan agar warisan kekuasaannya tercatat untuk generasi mendatang.

6.Tidak pernah melupakan pertolongan orang lain

Sosok yang paling diingat oleh Temujin adalah orang tua yang telah memberikannya makanan dan minuman ketika ia sedang menjadi tawanan salah satu suku Mongol semasa kecilnya. Saat ia menjadi kaisar, Temujin memerintahkan pasukkannya untuk membangunkan tenda disamping tenda yang dimilikinya untuk orang tua tersebut, dan menghadiahkannya seratus ekor kuda. Temujin juga selalu mengenang pertolongan seorang biksu dari kerajaan Tangut, yang telah memiliki firasat bahwa kelak bangsa Mongol akan menghancurkan kerajaan tersebut. Satu pesan dari biksu itu adalah ketika masa itu tiba dan bangsa Mongol memang menghancurkan kerajaan Tangut, jangan sampai memusnahkan kuil dan buku-buku yang ada di dalamnya. Firasat itu kemudian menjadi kenyataan dan Temujin selalu mengingat perkataan biksu tersebut dengan tidak menghancurkan kuil dan buku-buku yang dimiliki kerajaan Tangut.


sumber : http://id.shvoong.com/business-management/management/1988242-rahasia-sukses-seorang-pemimpin-besar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar