Senin, 19 September 2011

Filosofi Samurai

mune (1566 – 1636), menggunakan seragam kebesarannya dgn simbol bulan sabit diatas helm.

Jalan Samurai

batas3

Kita bisa membuat cahaya dalam diri tumbuh menjadi sebuah bintang. Bintang akan meledak dan menjadi ratusan serpihan-serpihan cahaya. Dan setiap serpihan cahaya itu bagaikan sebuah pedang, yang dapat menghilangkan semua hal negatif dan membawa kesucian pada dunia ini.

batas3

lukisan Miyamoto Musashi yang menggambarkan seorang samurai sedang menyaksikan 2 ekor ayam jantan berkelahi

lukisan Miyamoto Musashi yang menggambarkan seorang samurai sedang menyaksikan 2 ekor ayam jantan berkelahi

Jika mendalami lebih jauh tentang prinsip-prinsip samurai, maka kita akan menemukan bahwa dibalik ketangkasan seorang samurai dalam memainkan pedang dan strategi bertempur, sesungguhnya mereka diarahkan untuk hidup dalam ketenangan jiwa dan keyakinanan hati. Prinsip ini betul-betul ditanamkan ke dalam pikiran dan hati seorang samurai, sehingga mereka senantiasa menghidupkan hati sebagai sumber cahaya dan keyakinan diri.

Hal yang paling mendasar dalam prinsip samurai adalah ajaran untuk senantiasa hidup dengan kejujuran terhadap diri sendiri; jika tidak, mereka dianggap belum benar-benar menjalani hidup secara utuh.

Ajaran tersebut meski tampak sederhana namun sesungguhnya sangat bermakna dan membawa kedamaian dalam hati setiap samurai. Jika telah jujur pada diri sendiri, maka secara spontan mereka pun akan jujur pada siapapun.

5

Bunga sakura simbol jalan hidup samurai

Bunga sakura adalah salah satu simbol samurai, karena bunga sakura mekar bersemi hanya dalam waktu yang singkat. Seperti prajurit samurai, bunga sakura gugur di puncak kematangannya, akan tetapi jiwa samurai tetap abadi dengan keindahannya.

Hal tersebut membuat mereka belajar untuk senantiasa menghargai detik demi detik kehidupan dan menghargai serta menikmati momen-momen sebagai sesuatu yang indah.

Mereka melakukan yang terbaik dalam setiap gerak dan tindakannya karena mereka tidak menginginkan ada penyesalan dengan membiarkan waktu berlalu begitu saja. Itulah prinsip sakura. Shingen Harunobu Takeda, sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir mengucapkan sebait puisi:

batas3

Seperti biasa, serahkan pada tanah,baik untuk kulit dan daging,tanpa perlu berlumur merah dan putih,sendiri bersama hembusan angin

batas3

lukisan-burung-update

Lukisan burung yang sedang bertengger dibuat oleh Miyamoto Musashi

Miyamoto Musashi yang sering dianggap sebagai samurai terbesar dalam sejarah, adalah seorang pelukis ulung. Hasil karyanya yang kini sudah berusia 400 tahun yang melukiskan seekor burung yang sedang bertengger di atas sebuah cabang kering sangat terkenal. Yang menarik perhatian bukan hanya apa yang nampak di permukaan kanvas, namun lebih jauh agalah goresan yang mencerminkan spirit yang dihembuskan sang pelukis berupa rasa percaya diri dan ketegasan. Di dalam buku yang ditulisnya yang berjudul ”The Book of Five Rings”, Musashi mengatakan Bahwa ilmu tertinggi dari ilmu pedangnya adalah nothingness atau ketiadaan. Para samurai meyakini bahwa teknik fisik bukanlah hal yang paling penting. Kesadaran ini muncul setelah latihan bertahun-tahun lamanya, dirasakan bahwa kemampuan fisik justru kerap membatasi kekuatan dan teknik seorang samurai. Namun sebaliknya hati (jiwa) seorang manusia adalah sumber kekuatan orisinil yang tak berbatas.

Hati memiliki kekuatan yang tak terhingga karena ia terhubung langsung dengan alam semesta. Alasan lain yang membuat mereka tidak mengutamakan sisi fisik, karena meskipun keberadaan manusia adalah kombinasi fisik dan spiritual, namun kelak jiwa akan tetap hidup meskipun fisik hancur.

Paparan di atas dapat menggambarkan sosok samurai bahwa mereka bukan hanya melayani tuannya, tapi hidup untuk melayani hatinya. Karena itu mereka selalu berusaha untuk hidup dengan pikiran yang jernih dan hati yang murni.

batas

Arti Pertempuran

batas3

“Jika Anda memenangkan ratusan perang, itu bukanlah suatu kebanggaan. Jika Anda menang tanpa harus berperang, itulah kebanggaan yang sesungguhnya.” (Shingen Harunobu Takeda)

batas3

SamuraiWar

Dua orang samurai sedang bertempur menggunakan panah

Shingen Harunobu Takeda dan Kenshin Uesugi dua tokoh samurai yang sangat terkenal di Jepang karena meskipun mereka bermusuhan, namun keduanya memiliki rasa saling hormat yang sangat besar satu sama lain. Kenshin Uesugi dikenal sebagai samurai jarang terlibat dalam pertarungan yang bermuatan politis. Meskipun rekan-rekan politisinya seringkali mengajak ia untuk berperang bersama mereka, ia selalu mampu meyakinkan rekan-rekannya bahwa perang bukan selalu cara yang terbaik untuk mencapai tujuan mereka.

Kenshin Uesugi pun sangat menjunjung tinggi nilai keadilan. Jika ia tidak melihat keadilan dalam suatu pertarungan, maka ia tidak akan ambil bagian di dalamnya. Kenshin dikenal sebagai seorang samurai spiritual yang sesungguhnya. Shingen dan Kenshin menunjukkan bahwa seorang samurai sangat mengutamakan sopan santun dan menunjukan rasa hormat diantara keduanya.

Samurai spiritual memaknai pertempuran sebagai sesuatu yang sakral. Bagi mereka musuh harus dihormati musuh, hal itu merupakan cerminan dari menghormati diri sendiri. Menurut kode samurai, baik menang ataupun kalah, keduanya harus dilakukan dengan keindahan dan harga diri. Karena itu dalam peperangan mereka dipagari oleh ajaran etika prajurit yang ketat.

Beberapa etika pertarungan mereka adalah:

• Tidak Menyerang dari Belakang: Seorang samurai tidak akan pernah menyerang musuhnya dari belakang, karena hal ini dianggap merendahkan. Hal ini masih dijalankan dalam sistem pertandingan karate modern hingga saat ini.

• Dilakukan dengan Keindahan & Harga Diri Menurut kode samurai, baik menang ataupun kalah, keduanya harus dilakukan dengan keindahan dan harga diri.

• Dilakukan Sampai Tuntas. Karena pertarungan ini adalah semacam suratan takdir, maka merupakan tugas sang samurai untuk menjalankannya dan bertanggung jawab akan hasil akhirnya sampai tuntas.

Walaupun ada beberapa samurai yang sepenuhnya militaris, sebagian lainnya adalah samurai spiritual yang mencoba memahami dunia dan kontradiksi di dalamnya. Para samurai ini lebih merasa terhormat jika melindungi daripada membunuh. Pedang mereka merupakan simbol spiritualitas dari komitmen, amanah, dan ‘wadah’ bagi jiwa mereka.

toyotomi-hideyoshi

Toyotomi Hideyoshi

Dalam biografinya yang terkenal Toyotomi hideyoshi mengatakan: ”Meski dikenal karena kemampuan kemiliteran, aku masih lebih bangga dengan keterampilanku sebagai seorang negarawan. Aku lebih memilih berdiplomasi daripada bertempur. Sebagian besar penaklukan yang kulakukan terjadi tanpa pertumpahan darah, dan banyak orang berkata bahwa aku adalah diplomat terbaik dalam sejarah Jepang. Jika kau ingin mencapai kesepakatan yang menguntungkan dengan mereka yang berseberangan denganmu –tanpa harus memenggal kepala mereka- maka kau akan merasakan manfaat dari pendekatan yang kulakukan.”


sumber : http://bansai-dojo.com/history-of-samurai/filosofi-samurai/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar